Analisis Pengaruh Aglomerasi Industri Pengolahan dan Pertanian Terhadap Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Ketimpangan Regional di Provinsi Papua Barat
Abstract
This study aimed to investigate the effect of the agglomeration of manufacturing industries and agriculture on the relationship between economic growth and regional inequality in West Papua in 2013-2017. The research was carried out by calculating the Williamson Index as an indicator of regional inequality, the Balassa Index as an indicator of industrial and agricultural agglomeration, and calculating the economic growth. Then an analysis is performed on whether economic growth significantly affects disparities between Regencies and Cities in Papua Barat. Ten variables were tested using the interaction test, the absolute difference test and the residual test. The results of this study show that economic growth significantly affects regional inequalities, with the agglomeration of manufacturing industries helping to increase economic growth and reduce regional disparities, yet agricultural agglomeration does not able to increase the economic growth and reduce regional inequalities. It can be said that the agglomeration of manufacturing industries is able to become a moderating variable, while agricultural agglomeration not able to be a moderating variable.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aglomerasi industri pengolahan dan pertanian terhadap hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan wilayah di Papua Barat tahun 2013-2017. Penelitian dilakukan dengan menghitung Indeks Williamson sebagai indikator ketimpangan wilayah, Indeks Balassa sebagai indikator aglomerasi industri dan pertanian, dan menghitung pertumbuhan ekonomi. Kemudian dilakukan analisis tentang apakah pertumbuhan ekonomi secara signifikan mempengaruhi disparitas antar kabupaten / kota di Papua Barat. Sepuluh variabel diuji menggunakan uji interaksi, uji beda mutlak dan uji residual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan wilayah, dengan adanya aglomerasi industri pengolahan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketimpangan wilayah, namun aglomerasi pertanian tidak dapat atau belum mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketimpangan wilayah. Dapat dikatakan bahwa aglomerasi industri pengolahan mampu menjadi variabel moderasi, sedangkan aglomerasi pertanian belum mampu menjadi variabel moderasi.
References
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Badan Pusat Statistik (BPS), 2017. Provinsi Papua Barat. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Konstan per Kabupaten/Kota (2013-2017).
Badan Pusat Statistik (BPS), 2017. Provinsi Papua Barat. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun (2013-2017).
Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE: Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. UNDIP : Semarang.
Matitaputty, Shandy Jennifer. 2010. Analisis Pengaruh Faktor Aglomerasi Industri Manufaktur Terhadap Hubungan Antara Pertumbuhan Dengan Ketimpangan Regional Antar Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah 1994-2007. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro: Semarang.
Sandhika, A Wahyu. 2012. Analisis Pengaruh Aglomerasi, Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk, dan Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro: Semarang.
Sodik , Jamzani., dan Dedi Iskandar. 2007. Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi : Peran Karakteristik Regional di Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Nasional “Veteran”.
Sugiyono. 2008. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA.
Tulus H. Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Penerbit Ghalia
Wardhani, Putri Wisnu. 2009. Hubungan antar nilai. Jakarta: Universitas
Indonesia.

